href='https://maxcdn.bootstrapcdn.com/font-awesome/4.3.0/css/font-awesome.min.css' rel='stylesheet'/> AGRIBISNIS BENIH IKAN BLOG: agri baung
Showing posts with label agri baung. Show all posts
Showing posts with label agri baung. Show all posts

Friday, April 28, 2017

Pindang Baung yang Belum Tergantikan




Bagi saya pindang baung termasuk menu yang jarang kujumpai. Sebenarnya bukan jarang, namun saya menjauhkan diri menu ini. Menu ini termasuk menu mewah buatku. Karena saya sudah memasukkan di memori bawah sadar sebagai menu yang mewah, tentu saja menu ini kemungkinan kecil kupesan. Lanjutannya rasanya juga tidak jauh amat dengan pindang patin. Tentu saja bagiku, lo. Entah buat kawan yang lain. Yang jelas "selera tidak dapat diperdebatkan". Intinya sebenarnya asal kenyang. tapi diputer-puter. Biar apa ya.............

Untuk menjadikan sebagai menu mewah harus dibandrol dengan harga mahal. Dengan pertimbangan bahan bakunya sedikit. Namun pindang baung memang terkenal rasanya di atas ikan lain. Dan tentu saja kelas pindang. Akan beda kalau dipepes, digoreng, atau dengan menu lain.

Keadaan alam yang semakin menurun kualitasnya berimbas pada penurunan produktivitas ikan baung. Kalau mau diputer-puter lagi sebenarnya kemampuan alam menyediakan stok pangan untuk penghuni semakin menurun. Apalagi pertumuhan jumlah manusia lebih tinggi dari pertumnuhan produksi pangannya. Oleh karenanya perlu intensifikasi, perlunya zona larangan tangkap, perlu zona ekosistem sebagai nursery fishnya ikan baung, harus penegakan hukum terhadap penagkapan ikan denagn bahan beracun, stroom dan lain sebagainya. Terima kasih, Anda belum menutup blog orang ngoceh ini. Iseng-iseng pengisi waktu, ya.

Upaya budidayapun sudah digalakkan sejak tahun 1990an, bahkan sebelumnya. Tercatat kalau tidak salah BBAT Sukabumi di Selabintana (sekarang BBPBAT) berhasil memijahkan ikan baung. dan disusul berturut-turut oleh balai pemerintah dan penangkar ikan baung.

Ikan baung sebagai ikan sungai perlu oksigen yang tinggi dalam budidayanya. Dalam skala usaha, ikan baung baung akan susah dibudidayakan dalam wadah yang stagtan (diam). Dalam pengertian banyak mengalami kegagalan. Minimal pertumbuhan lambat, kalau tidak mati. Budidaya yang berhasil harus meniru habitat alamnya dengan kondisi air mengalir. Usaha budidaya baung di sangkar atau keramba apung di sungai sudah banyak dilakukan, terutama dengan sangkar bambu. Inilah tipe budidaya baung yang ideal untuk diterapkan. Dan satu syarat lagi, pakannya harus ikan rucah.

Beberapa warung kuliner yang menyediakan pindang baung ini tidak mau menerima ikan baung dari hasil budidaya di kolam. Tekstur dagingnya lembek, tidak kenyal seperti yang dari penangkapan di alam. Bisa jadi baung yang dipelihara di sangkarpun bila diberi pakan pellet, tekstur dagngnya akan lebek juga. Oleh karenanya pakannya dari ikan rucah hasil tangkapan di periaran umum. Toh harganya bisa jadi di bawah harga pellet pabrikan.


Sampai kapan kita masih bisa menikmati pindang baung, kita tunggu para teknis perikanan baung dan pelaku usaha lainnya yang membudidayakannya di sangkar atau keramba jaring apung. tentu saja berbilang bulan dan tahun harganya semakin meningkat. belum mempertimbangkan inflasinya. Akan semakin sedikit penikmat baung yang akan merasakannya. Saat ini baru betul-betul pindang baung termasuk menu super mewah.


Bagi yang telat silahkan menikmati pindang patin atau pindang lelepun juga enak. Biar gak ada monopoli perpindangan, ya. Setuju ?

Wednesday, April 12, 2017

Analisis Finansial Usaha Pembenihan Baung





Usaha budidaya ikan baung sangat ditentukan ketersediaan benihnya secara 7 T (Tepat Waktu, Ukuran, Tempat, Harga, Kualitas, kuantitas, dan Media). Soal strain belum masuk, karena saat ini masih ada satu strain ikan baung yang dibudidayakan oleh masyarakat perikanan. Kemunduran mutu benih belum begitu dirasakan. Namun kalau pelaku usaha pembenihan tidak memperdulikan induk yang digunakan, bukan mustahil ikan baung akan mengalami kasus inbreeding. Para pelaku penangkar/pembenih baung sudah seharusnya melakukan Standardisasi Operasional Prosedur dengan tidak memijahkan induk-induk yang berasal dari tempat yang sama atau satu keturunan. Sebaiknya perolehan induk dari tempat yang berbeda, misal betina dari hasil budidaya, sementara jantan dari penangkapan perairan umum.

Saat ini kendala yang dihadapi berupa media yang kebanyakan menggunakan kolam stagnan. Banyak orang beranggapan ikan baung seperti lele dan patin, sehingga habitatnya sama. Ikan baung bukan ikan yang mempunyai pernafasan tambahan. Ikan baung adalah ikan sungai yang memerlukan oksigen tinggi seperti halnya ikan mas dan tawes. Dalam densitas (kepadatan) rendah ikan baung mungkin saja bisa hidup di lingkungan kolam stagnan setelah mengalami masa adaptasi yang lama.

Untuk memproduksi ikan Konsumsi baung harus tersedia benih yang dihasilkan para penangkar benih baung. Produksi benih ikan baung akan memajukan usaha pembesarannya hingga sukses.

Adapun teknologi pembenihan baung dilakukan dengan penangkapan induk baung, seleksi matang gonad, penyuntikan, inkubasi induk di kolam pemijahan, pemijahan, penetasan, pendederan I, pendederan II, panen dan distribusinya.

Induk baung dipelihara dalam kolam induk secara bercampur. Ini bisa diterapkan bila tidak ada air mengalir. Namun demikian dengan adanya aliran airpun, baung susah mijah alami, kecuali saat awal musim hujan. Sehari sebelumnya induk tiidak diberikan pakan, atau minimal sore hari sebelum induk ditangkap tidak diberikan pakan. Pemberian pakan akan mengacaukan perut yang gendut akibat pakan atau telur pada betina. Walaupun perut gendut akibat pakan akan dimuntahkan. Hal ini membuat ikan stres.

Induk dijaring dengan beberapa orang pada pagi hari, dipilih yang matang dengan ciri-ciri betina : peutnya gendut lunak, alat kelamin berwarna kemerahan. Pada jantan dicirikan dengan peurt langsing, alat kalamin memanjang dan berwarna kemerahan di ujungnya. Perbandingan betina : jantan 1 : 1. Berat induk rata-rata yang digunakan sebesar 300 gram.

Induk diinkubasikan di kolam pemijahan sekaligus adaptasi lingkungan. Kolampemijahan diberi aerasi sebanyak 5 titik. Induk disuntik sekitar pukul 14.00 WIB dengan ovaprim sebanyak 0,5 cc/kg induk. Jumlah ovaprim yang digunakan 0,15 cc untuk betina dan untuk jantan juga 0,15 cc. Selanjutnya Induk dinmasukkan kembali ke kolam pemijahan seluas 4 x 5 1 m dengan ketinggian air 25 cm.

Induk memijah pukul 22.00 WIB (8 jam setelah penyuntikan). Kegiatan pemijahan ini ditandai dengan suara ikan berkejaran. Sebaiknya tidak perlu dilihat-lihat agar tidak mengganggu pemijahan yang dilkaukan ikan baung.

Induk dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk pada keesokan harinya dan telur yang menempel di kakaban dijarangkan ( tidak saling berdekatan). Aerasi tetap dilakukan sampai telur menetas.

Telur akan menetas setelah 20 - 30 jam. Telur yang menetas menjadi larva bersifat fototaxis (menghindari sinar), sehingga bersembunyi di balik kakaban. Sore hari kakaban sebaiknya diangkat dengan cara menggoyang-goyangkan kakaban agar larva yang mesaih menempel jatuh ke dasar kolam. Kakaban diangkat unuk mengurangi jumlah bahan organik di kolam, sehingga dapat lebih bersih. Dengan asumsi fekunditas 10%, maka telur yang dikeluarkan sebanyak 30.000 butir. Dan asumsi tingkat penetasan sebesar 50%, maka diperkirakan jumlah larva yang ada sebanyak 15.000 ekor.

Larva mengandung kuning telur pada perutnya yang gendut. Persediaan pakan ini akan habis selama 2-3 hari. Setelah 2 hari dari penetasan (hari ketiga dari penetasan) diberikan pakan alami cacing sutra secara adlibitum (sekenyangnya). Pemberian pakan cacing dilakukan dengan menebar ke seluruh dasar kolam. Sebaiknya cacing tidak menggumpal. Pemberian cacing dilakukan selama 18 hari di kolam penetasan yang merangkap sebagai kolam pendederan I. Jumlah cacing yang diberikan sebanyak 5 gayung @ Rp. 50.000,-/gayung. Selama di poendederan I benih baung dipindahkan pada luasan yang sama (kolam di sampingnya) agar media air yang digunakan mendukung untuk kehidupan benih baung.

Selanjutnya benih ikan baung yang telah berukuran 1-2 cm ini dikeringkan untuk selanjutnya ditebar ke pendederan II. Kolam yang digunakan berupa 2 buah hapa berukuran sama (1 x 2 x 1 m) dan ketinggian airnya 25 - 30 cm. Hapa ini dipasang pada kolam yang mendapat aliran air dari irigasi.

Benih pada pemeliharaan hapa ini diberikan pelet halus selama masa pemeliharaan 3 minggu.
Benih baung berukuran 1-2 cm dipindahkan ke kolam pendederan II. Jumlah benih diperkirakan sebanyak 7.000 ekor. Mortalitas di sini sebesar 53,33%. Tingkat kehidupannya sebesar 46,67 %. Selanjutnya diberikan tepung kasar. Pemberian pakan ini diberi air terlebih dahulu agar pakan menjadi lebih lunak. Pakan yang lunak ini akan terasa ramah terhadap benih yang baru untuk makan pertama kalinya dengan tepung kasar ini. Untuk selanjutnya pemberian pakan diberi air agar lebih lunak. Pemeliharaan ini berlangsung selama 21-28 hari. Ukuran benih sudah mencapai 2-3 - 5 cm.

Analisis Produktivitas Pembenihan Ikan Baung


NoUraianHasilKeterangan
1.Fekunditas Telur %1030 gr dari 300 gr
2.Hatching Rate %5015.000 ekor dari30.000 butir
3.Survival Rate % P I46,677.000 ekordari 15.000 ekor
4.Survival Rate % P II71,435.000 ekor dari 7.000 ekor
5.Produktivitas ekor/kg16.667 5.000 ekor dari 1 kg


Analisisi Finansial Usaha Pembenihan Ikan Baung


NoUraianVolumeSatuan Jumlah
1Ovaprim cc0,325.000 7.500
2Cacing gayung550.000 250.000
3Pelet halus kg216.000 32.000
4Pellet kasar kg314.000 42.000
Jumlah331.500
Benih Baung5.000 350 1.750.000
Keuntungan1.418.500

Mohon perkenan koreksinya, terima ksih.

Monday, February 27, 2017

PEMIJAHAN BAUNG ( Neptus nemurus ) SECARA ALAMI ?




PEMIJAHAN BAUNG ( Neptus nemurus ) SECARA ALAMI ?




Pemijahan Baung Secara Alami ?

           

Berdasarkan perlakuan tambahan manusia terhadap perilaku memijah ikan, ada pendapat para pelaku usaha/pakar pembenihan ikan yang memberikan kategori sebagai berikut :
1.    Pemijahan alami, adalah proses mencampurkan induk jantan dan induk betina dengan perbandingan tertentu pada wadah, peralatan, dan perlakuan yang telah dipersiapkan, sehingga induk betina dan jantan melakukan pemijahan sendiri. Contoh ikan mas, lele, nila, gurame, koi, plati, dan lain-lain.
2.    Pemijahan buatan, adalah proses pembuahan telur ikan dengan sperma jantannya yang sebelumnya induk betina dan atau jantan diberi perlakuan penyuntikan hormone (hiphopisa dan atau hormone ovaprim atau lainnya) dosis tertentu dan hingga waktu tertentu (biasanya setelah 6-12 jam), sehingga ovulasi/Stripping (pengeluaran telur/sperma) dan pembuahannya dilakukan oleh manusia. Contoh ikan patin
3.    Pemijahan Semi Alami, adalah proses pembuahan telur ikan yang diawali dengan penyuntikan hormone (hiphopisa dan atau hormone ovaprim atau lainnya) dosis tertentu dan hingga waktu tertentu (biasanya setelah 6-12 jam), induk ditaruh pada wadah, peralatan, dan perlakuan yang telah dipersiapkan, sehingga induk betina dan jantan melakukan pemijahan sendiri. Contoh ikan baung, bawal
4.    Pemijahan Semi Buatan, adalah proses pembuahan telur ikan yang apabila ikan telah memijah, induk betina dan jantannya ditangkap, kemudian diurut agar terjadi pemijahan buatan. Cara ini agak aneh, ngapain kurang kerjaan, induk memijah alami kok dipijahkan secara buatan. Konon hasilnya lebih banyak. Cara ini hanya sebagai penggenap, kalau ada semi alami, musti juga ada semi buatan. Cara ini banyak debatable. Konon ini terjadi pada ikan mas.

Pada prinsipnya secara naluriah setiap mahkluk hidup akan mengembangkan keturunannya, kecuali pada hewan-hewan tertentu yang karena terdesak ekosistemnya atau bencana besar akan punah. Pada ikan khususnya ikan air tawar, pematangan gonadnya optimal terjadi pada musim kemarau, sehingga saat awal musim hujan (pada ikan mungkin mengatakan musim sandang pangan –kata kita), cuaca sejuk membuat ikan-ikan terangsang untuk mengembangkan keturunannya. Produksi gonad yang optimal ini, kita ketahui dari hasil pemijahan di awal musim hujan menghasilkan produksi yang melimpah (ruah juga ya).


          Pengalaman ikan baung memijah alami ini, kami alami bersama Pembimbing kami Pak Yateni dan Pak Tadjeri di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Purbolinggo, Lampung Timur pada tahun 2000-an. Saat itu awal musim hujan, kolamnya saat itu masih pematang tanah yang ditumbuhi oleh rumput. Pada suatu pagi (yang cerah, ya; biar ngebacanya enak), seperti tugas rutin selaku aparat perikanan melakukan kontroling and cheking, maka didapatinya butir-butir telur yang menempel di rerumputan basah (bukan kering, ya ?). Tidak yakin, apakah telur-telur itu telur ikan baung, kami terus menetaskan telur-telur tersebut di bak dinding papan lapis plastic yang diberi aerasi. Biarkan saja, siapa tahu akan bisa untuk ke depannya, ujar Pak Yateni meyakinkan kami. Alhamdulillah telur menetas, walaupun sedikit. Keberhasilan kecil ini tidak menyangka kalau seterusnya dapat berhasil memijahkan ikan baung secara semi alami. Begitu lihat bisa mijah alami, pasti disuntik bisa mijah. (Seperti awalnya dulu waktu baru datang ikan lele dumbo juga dipijahkan secara semi alami). Waktu kami kedatangan tamu dari BBAT Sukabumi (sekarang Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar) kalau tidak salah (salah satunya Pak Hernowo, A.Pi. yang saya ingat) mengatakan bahwa BBIS Purbolinggo termasuk salah satu unit pembenihan yang berhasil memijahkan ikan baung. Sekarang BBIS Purbolinggo telah sukses menapak keberhasilannya, bahkan telah memenuhi Retribusi Jasa Usahanya bisa bersifat komersil. Artinya dikatakan komersiil kalau biaya operasionalnya bisa dikembalikan plus dengan keuntungannya. Sukses selalu.

Sunday, May 29, 2016

PEMBENIHAN IKAN BAUNG : IKAN BAUNG BISA MIJAH ALAMI ?

Mijah alaminya ikan baung dapat disamakan seperti mijah malingnya ikan mas. Ikan mas juga sering terjadi mijah maling, akibat adanya aliran air baru. Bahkan tidak ada jantan sekalipun, kadang juga terjadi mijah maling, maksudnya induk betina kebelet mengeluarkan telur. Oleh karena itu pemisahan induk jantan dan betina harus dipisahkan pada kolam yang berbeda. Yang agak kesulitan adalah bila sistem pengairannya menggunakan seri, artinya air yang keluar dari satu kolam masuk ke kolam yang ada dibawahnya. Hal ini bisa mempengaruhi mijah malingnya induk ikan mas. Oleh karena itu sebaiknya sistem pengairan mwenggunakan paralel.
Referensi lain dalam bahasa Jawa Silahkan klik Nangkarake Iwak Baung
Mohon koreksinya.

Sunday, May 15, 2016

PEMBENIHAN IKAN BAUNG SECARA SEMI ALAMI

Add caption
PEMBENIHAN IKAN BAUNG SECARA SEMI ALAMI




PENDAHULUAN
    Ikan baung (Neptus nemurus) yang oleh masyarakat Lampung ada yang melafalkan “BAUNG”, adalah jenis ikan perairan sungai, sehingga ikan ini banyak ditangkap dan tumbuh dengan baik di perairan sungai. Usaha budidayanya meniru di alam pada kolam yang airnya mengalir. Pada air tergenang atau  airnya hanya mengalir pada saat-saat tertentu, maka diperlukan kolam yang luas, dalam dan padat tebarnya lebih sedikit. Pada kolam yang tidak ada pergantian airnya, ikan baung tidak akan tumbuh dengan baik.
    Budidaya ikan baung memiliki peluang pasar yang besar, mengingat pasokan dari alam cenderung sedikit dan langka. Sementara “PINDANG BAUNG NAN LEMAK NIAN” masih disajikan di mana-mana dan menjadi makanan favorit.

CIRI-CIRI BIOLOGIS
Hidup di air mengalir/kadar O2 tinggi lebih dari 5 ppm.
Ukuran < 350 gr disebut indit oleh pedagang ikan baung, > 350 gr/ekor disebut baung
Hasil tangkapan di sungai diketahui ukuran        500 gram/ekor belum bertelur, tetapi dari hasil budidaya ukuran 300 gram/ekor sudah dapat dipijahkan.
Pada saat masih kecil bersifat kanibal, tetapi pada saat pembesaran bisa makan pellet.
Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, serta mulutnya besar.
Tanda induk betina : tubuh lebih pendek, mempunyai dua lubang kelamin yang bentuknya bulat.
Tanda induk jantan : tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang.

PEMBENIHAN
      Pada saat tertentu (awal musim hujan) dan dengan modifikasi tertentu (air mengalir terus-menerus), ikan baung ada kalanya mau memijah secara alami. Namun demikian untuk meningkatkan akurasi

penjadwalan produksi benih, lebih banyak diterapkan pemijahan semi alami (ikan disuntik dan dibiarkan memijah secara alami).

Pematangan gonad
     Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 100-200 m2 dengan kepadatan 0,2 - 0,5 kg/m2. Sebaiknya kolam lebih dalam minimal 1 m dan kolam tidak bocor. Air dialirkan secara rutin. Pakan diberikan 2%dari Biomas /hari dan menjelang musim hujan pakan ditingkatkan menjadi 3%. Apabila aliran air mati, maka sebaiknya pakan tidak diberikan atau hanya diberikan maximal 1%.

Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan dengan menangkap   dan mengumpulkan, serta memilih induk yang sesuai dengan kriteria untuk dipijahkan.
Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan kadang apabila dipijit ke arah lubang kelamin keluar telur yang warnanya kuning tua.
Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelamin agak kemerahan.
Sex ratio induk betina dan induk jantan  adalah     1 : 1 dalam jumlah ekor.
Induk terseleksi ditampung pada hapa di kolam agar tidak stress sebelum dipindahkan ke bak/kolam pemijahan.

Penyuntikan
Penyuntikan dilakukan terhadap induk betina dan jantan pada pagi hari sebanyak 0,5 cc ovaprim/kg induk, bila induk betina 400 gr dan jantan 400 gr, maka jumlah ovaprim 0,4 cc ditambah aquabidest 0,6 cc, sehingga volume larutan 1 cc. 0,5 cc disuntikkan ke induk betina dan sisanya untuk induk jantan.
Letak penyuntikan di punggung.



Pemijahan
Wadah pemijahan bisa menggunakan kolam semen atau bak yang diaerasi atau kolam yang airnya bisa dialirkan terus-menerus.
Sebagai penempel telur menggunakan ijuk yang diletakkan pada tiap sudut dengan diberi pemberat.
Induk akan memijah pada malam hari.

Penetasan
Setelah proses pemijahan selesai, telur yang menempel    di ijuk diangkat bersama ijuknya untuk ditetaskan di bak penetasan dan diaerasi. Induk dikembalikan ke kolam pemeliharaan untuk recovery.
Telur baung akan menetas setelah 24 jam (tergantung suhu).
Setelah 24 jam, ijuk dibuat mengambang di permukaan air agar larva di dasar bak, sehingga ketika ijuk diangkat larvanya tidak ada yang ikut terangkat.

Pemeliaharaan Larva
Perlakuan dalam pemeliharaan larva :
Aerasi terus dijalankan.
Penggantian air 2-3 hari sekali sebanyak   75%.
Pemberian pakan setelah 60 jam dari menetas dengan cacing sutera secara adlibitum (sekenyangnya).
Pemeliharaan larva ini berlangsung selama   10-15 hari.

G. Pendederan
Setelah dipelihara selama 10-15 hari, selanjutnya benih baung siap ditebar di kolam pendederan yang telah dipersiapkan 7 hari sebelumnya.
Adapun perlakuan persiapan kolam  :
1.    Perbaikan kebocoran
2.    Pengelolaan tanah dasar, perataan, pembuatan kemalir, dan penutupan saluran buang.
3.    Pengapuran 25 - 50 gr/m2, pemupukan organik   250 gr/m2, urea 15 gr/m2, dilanjutkan pengaliran air dengan memasang saringan  di pemasukan.
4.    Kolam diairi setinggi 20 cm, selanjutnya secara bertahap dinaikkan menjadi 40 cm pada hari ke 3, 60 cm pada hari ke 5.
5.    Pada hari ke-7 benih siap ditebar dan aliran masuk dibuka kecil untuk menutupi rembesan dan penguapan yang terjadi.
6.    Padat penebaran 25-50 ekor/m2
7.    Pemberian pakan tambahan berupa pellet halus atau pakan udang halus sebanyak 500 -       750 gr/10.000 benih/hari dengan frekuensi      3 kali.
8.    Pemeliharaan di kolam pendederan berlangsung selama 3-4 minggu.
9.    Benih dipanen berukuran 2-3-5-7 cm, kemudian disortir. Ukuran 2-3 cm dan  3-5 cm dideder lagi secara terpisah, sedang ukuran 5-7 cm dapat dibesarkan di kolam pembesaran.

Pengendalian Masalah
Ikan baung perlu O2 tinggi, sehingga bila stress atau mabuk, maka media harus dalam kondisi bersih dari sisa pakan dan aerasi terus dihidupkan. Apabila darurat mabuk diperlukan penjarangan padat tebar.
Pemberian pakan yang kurang tepat waktu dan volume mengakibatkan kanibalisme.
Beberapa penyakit yang ditemui :
1.    Cacing ditandai dengan menggantung di bawah permukaan air dikendalikan dengan NaCl (garam dapur) 2.500 ppm (2,5 kg/M3) + MG (Malacheet Green) 0,1 ppm.
2.    Bintik putih ditandai dengan adanya bintik putih di permukaan tubuhnya, biasanya menyerang ikan apabila suhu media pemeliharaan dingin, pengendaliannya dengan menggunakan dengan NaCl (garam dapur) 2.500 ppm.
3.    Bakteri Aeromonas ditandai adanya borok yang kadang berdarah, pengendalian dengan oxytetraciclin 10 ppm (perendaman) dan melalui pakan ikan sebanyak 25 mg/kg pakan selama 7-10 hari.
Pengendalian penyakit yang terpenting adalah menjaga jangan sampai ikan tersebut terserang dengan pemantauan kesehatan secara kontinyu sehingga pengobatan dilakukan sedini mungkin.

Share

by : Idesat